JAKARTA, KOMPAS.TV - Masa observasi 238 WNI yang dievakuasi dari Tiongkok, berakhir.
Rencananya mereka akan dipulangkan ke domisili masing-masing.
Sekretaris Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Achmad Yurianto, juga di studio ada Satgas Waspada dan Siaga Korona atau Covid-19, Ikatan Dokter Indonesia, Erlina Burhan, dan Ahli Mikrobiologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Lipi, Sugiyono Saputra.
Beberapa pekan terakhir, media makin tak sabar memburu sumber yang bisa menyampaikan informasi tentang virus corona yang menyebar cepat ke penjuru dunia.
Di antara sumber yang diburu adalah Erlina Burhan, dia adalah dokter spesialis paru yang menggembar-gemborkan pentingnya cuci tangan.
Belum tentu dan belum bisa dipastikan. Kalau SARS dan MERS CoV itu kan di udara terbuka hanya bisa bertahan beberapa jam sampai dua hari. Kalau corona masih sangat baru. Sehingga butuh penelitian lebih jauh. Ujar Erlina.
Secara teori memang dikatakan bahwa virus ini tidak aktif di suhu yang tinggi dan kelembaban yang tinggi. Aktivasi corona meningkat di suhu dan kelembaban yang rendah. Begitu kata Erlina.
Data resmi hasil investigasi mengenai hal-hal terkait penyakit jenis baru ini nantinya diumumkan oleh WHO, sampai saat ini belum diketahui penyebab, pencegahan, serta pengobatannya.
Sampai data tersebut ada, Erlina mengimbau masyarakat agar menunda kepergian ke Wuhan.
Peneliti bidang mikrobiologi dari Pusat Penelitian Biologi LIPI, Sugiyono Saputra, virus coron memiliki laju mutasi yang sangat cepat dibandingkan dengan jenis virus yang lain seperti virus double stranded DNA (dsDNA).
Laju mutasi yang sangat cepat itu juga yang memunculkan kejadian luar biasa dapat berlangsung cepat dan tidak terduga.
Sugiyono menjelaskan penyebaran secara global pun dapat terjadi dengan mudah dikarenakan mobilitas manusia yang tinggi.